pascalaubier.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pujian kepada Korea Utara menjelang kunjungan bersejarahnya, yang merupakan yang pertama dalam dua dekade terakhir. Kunjungan ini dijadwalkan berlangsung pada Selasa malam, di mana Putin akan bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di ibu kota Pyongyang.
Putin, yang terakhir kali mengunjungi Pyongyang pada tahun 2000, mengungkapkan dukungan terhadap Korea Utara dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh media pemerintah Korea Utara. Dalam artikel tersebut, Putin berjanji akan memperkuat hubungan perdagangan dan keamanan dengan Korea Utara yang independen dari pengaruh Barat.
Dalam kunjungan ini, kedua pemimpin dijadwalkan untuk menandatangani beberapa perjanjian kemitraan, termasuk masalah keamanan, dan akan mengadakan konferensi pers bersama. Sebuah parade besar juga telah direncanakan di alun-alun Kim Il Sung untuk menyambut kedatangan Putin, yang juga akan menghadiri sebuah konser dan mengunjungi Gereja Ortodoks Tritunggal Pemberi Kehidupan, gereja ortodoks satu-satunya di Korea Utara.
Kunjungan ini menandai penguatan hubungan antara Rusia dan Korea Utara, yang telah berlangsung sejak invasi Rusia ke Ukraina. Isu-isu seperti pembaruan kerja sama militer dan dukungan terhadap perjuangan Pyongyang melawan tekanan Amerika Serikat menjadi fokus utama.
Putin, bersama dengan Menteri Pertahanan baru, Andrei Belousov, serta beberapa pejabat tinggi lainnya seperti Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, akan menjadi bagian dari delegasi yang mengunjungi Pyongyang.
Menanggapi kedekatan hubungan ini, Gedung Putih melalui juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, menyatakan keprihatinannya tentang intensifikasi kemitraan antara Rusia dan Korea Utara. Di sisi lain, John Nilsson-Wright dari Universitas Cambridge menilai langkah Putin ini sebagai upaya untuk memperkuat aliansi dengan mitra lama dari era Perang Dingin dalam menghadapi tekanan internasional.
Selain Kunjungan ke Korea Utara, Putin juga dijadwalkan mengunjungi Vietnam, yang merupakan sekutu Komunis lama Rusia, untuk membahas isu perdagangan dan kerjasama lainnya.